Baja Ringan Ramah Lingkungan? Ini Faktanya!
Isu lingkungan makin menguat, salah satunya mengenai perubahan iklim (climate change) yang dapat disebabkan oleh sektor konstruksi. Terutama dalam hal penebangan pohon secara liar.
Mengutip dari laman babelprov.go.id, penebangan hutan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pasalnya, pohon yang ditebang tersebut akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya. Padahal hutan berfungsi menyerap karbon dioksida. Sementara penebangan hutan akan membatasi alam untuk menyerap emisi di atmosfer.
Guna mengurangi dampak buruk tersebut, penggunaan material pengganti seperti baja ringan dinilai menjadi solusi. Lantas, apakah baja ringan juga merupakan material yang ramah lingkungan?
Faktor-faktor yang Membuat Baja Ringan Disebut Ramah Lingkungan
Ada sejumlah alasan mengapa baja ringan ini dinilai sebagai material yang ramah lingkungan seperti dikutip dari bakersteeltrading.co.uk ,di antaranya:
- Umur Panjang dan Daya Tahan
Baja ringan dikenal sebagai material yang kuat serta memiliki umur panjang. Itulah mengapa, penggunaan baja ringan dapat membantu mengurangi pemakaian kayu. Illegal logging pun dapat diminimalisir.
- Versatilitas
Baja ringan merupakan material serbaguna dan dapat diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan konstruksi. Artinya, pemakaian kayu juga dapat diminimalisir dengan kehadiran baja ringan.
- Daur Ulang
Baja ringan dapat didaur ulang. Sebagai contoh, baja ringan dari hasil pembongkaran konstruksi sebelumnya dapat dimanfaatkan lagi untuk kebutuhan lain, mengingat material ini tidak mudah keropos dan kokoh.
- Emisi CO2Lebih Rendah
Energi untuk memproduksi bahan baku baja telah berkurang selama beberapa tahun ini. Sementara itu, produk samping karbon dioksida (CO2) dapat digunakan kembali ke dalam pengaplikasian lainnya.
Kabar baiknya lagi, memproduksi baja daur ulang membutuhkan energi 60 persen lebih sedikit. Hal ini sebagaimana dikutip dari laman Institute of Scrap Recycling Industries (ISRI). Selain itu, proses ini mampu mengurangi emisi CO2 hingga 58 persen dibandingkan ketika produksi baja dari bahan baru.
- Tidak Ada Bahan Kimia atau Racun
Material baja ringan tidak mengeluarkan kimia maupun bahan beracun, sehingga aman untuk lingkungan.
Green Label pada Bahan Baja Ringan (BjLAS)
Mengutip dari gpci.or.id, green label pada produk adalah label yang menunjukkan bahwa produk tersebut telah memenuhi kriteria sesuai persyaratan untuk mendapatkan Green Label Indonesia yang mengacu pada ISO 12024.
Pada Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS), bahan baku baja ringan, penerapan green label penting dilakukan guna menjamin bahwa produk tersebut benar-benar ramah bagi lingkungan di Indonesia.
ZINIUM®, BjLAS inovatif dari PT Sunrise Steel tidak hanya memiliki kualitas yang terjamin dan telah ber-SNI 4096:2007. Produk ini juga telah mendapatkan sertifikat Green Label Indonesia Gold Level dari GPCI. Artinya, ZINIUM® telah telah terverifikasi ramah lingkungan.***
DAFTAR PUSTAKA:
Baker, Tom. Is Structural Steel A Sustainable Material?. Diakses dari https://www.bakersteeltrading.co.uk/is-structural-steel-sustainable pada 21 September 2023.
GPCI. (2022). Diakses dari https://gpci.or.id/2022/09/19/mengenal-green-label-indonesia-2/ pada 21 September 2023.
Suriah, Darman. 2022. Menjaga Bumi Investasi Akhirat. Diakses dari https://dlhk.babelprov.go.id/content/menjaga-bumi-investasi-akhirat pada 20 September 2023.